Senin, 27 April 2020

Laporan Pemeriksaan Darah Rutin

 LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI III

(Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Cara Automatik)


NAMA : NUR SYAFAH SAMAL

NIM : 18 3145 353 071

KELAS : 18B



PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN 

INFORMATIKA

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2020






BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Darah merupakan jaringan yang membentuk cairan yang terdiri atas dua 

bagian besar, yaitu: bagian cair, berupa plasma atau serum dan korpuskuli yakni 

material darah yang terdiri atas sel-sel darah: sel darah putih (leukosit), sel darah 

merah (eritrosit), dan sel pembeku darah (trombosit). bagian cair pada darah 

berupa plasma atau serum (Kurniawan, 2018).

Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk 

mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Beberapa data 

pemeriksaan laboratorium dirancang untuk tujuan tertentu misalnya untuk 

mendeteksi adanya gangguan fungsi organ, menentukan resiko suatu penyakit, 

memantau progresivitas penyakit, memantau kemajuan hasil pengobatan, dan 

sebagainya (Bararah dkk, 2017). 

Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan. 

Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu diagnosis dan memantau penyakit 

dengan melihat kenaikan dan penurunan jumlah sel darah (Bararah dkk, 2017).

Tuberkulosis atau disebut TB adalah penyakit inflamasi kronik yang 

masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk di Indonesia. Pada TB terjadi 

proses inflamasi yang dapat memengaruhi sistem hematopoesis. Terjadi 

perubahan hasil pemeriksaan hematologi yang sangat beragam baik leukosit, 

eritrosit, trombosit, maupun laju endap darah (LED) (Sundari dkk, 2017).

Pemeriksaan hematologi yaitu pemeriksaan darah rutin yang dapat 

dilakukan dengan cara manual dan dengan cara automatik yang mencakup 

parameter pemeriksaan seperti jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah 

trombosit, kadar hemoglobin, hematokrit, laju endap darah, pembuatan sediaan 

apusan darah, dan pemeriksaan sedimen darah. Pada cara manual, pemeriksaan 

darah rutin atau pemeriksaan darah lengkap ini dilakukan satu-satu untuk 

masing-masing parameter pemeriksaannya. Sedangkan untuk cara automatic, 

pemeriksaan darah rutin dilakukan dengan menggunakan alat hematology

analyzer yang dimana hasil yang dikeluarkan adalah hasil dari seluruh parameter pemeriksaan darah rutin, hasil yang keluar pada alat hematology 

analyzer ini berupa paper.

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah praktikum pemeriksaan 

darah rutin atau darah lengkap dengan menggunakan metode automatik 

menggunakan alat hematology analyzer.


B. TUJUAN

Untuk mengetahui jumlah atau hasil dari parameter pada pemeriksaan 

darah rutin menggunakan alat hematology analyze yang dapat digunakan untuk 

membantu menegkkan diagnosa pada pasien.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI DARAH

Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, 

berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang 

dinamakan sebagai pembuluh darah dan berfungsi sebagai sarana transpor, alat 

homeostasis dan alat pertahanan. Darah dibagi menjadi dua bagian yaitu sel 

darah dan cairan darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel 

darah putih (lekosit) dan keping sel (trombosit). Cairan darah yang terpisah dari 

sel darah yaitu plasma atau serum (Maharani dkk, 2017).

Menurut Kurniawan, (2018) menjelaskan tentang peranan penting 

darah dalam berbagai fungsi tubuh yaitu: 

1. Penapasan

2. Nutrisi

3. Ekskresi

4. Kekebalan tubuh (imunitas)

5. Korelasi hormonal

6. Keseimbangan air dalam tubuh

7. Pengatur suhu

8. Tekanan osmotik

9. Keseimbangan asam basa

10. Pengatur tekanan darah 

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah 

mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga 

menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan 

mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan 

mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Manusia rata-rata mempunyai 

enam liter darah atau sekitar 8% dari total berat badan manusia. Apabila 

contoh darah diambil kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu 

disentrifugasi maka tampak darah tersusun atas 55 % plasma darah dan 45 % 

sel darah. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung 

dengan selsel di dalam tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu 

plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Plasma darah 

merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah 

mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air 

(Bararah dkk, 2017).


B. HEMATOPOIESIS

Hematopoiesis merupakan proses pembentukan darah. Tempat 

hematopoiesis pada menusia berpindah-pindah, sesuai dengan usianya. Proses 

pembentukan darah pada usia 0 – 3 bulan intraurine terjadi pada yolk sac, pada 

usia 3 – 6 bulan intraurine terjadi pada hati dan limpa. Sedangkan pada usia 4 

bulan intrauterine samapi dewasa proses pembentukan darah terjadi di sumsum 

tulang (Handayani dan Haribowo, 2008).

Pada orang dewasa dengan keadaan fisiologis, semua hematopoiesis 

terjadi di sumsum tulang. Dalam keadaan patologis, hematopoiesis terjadi di 

luar sumsum tulang, terutama di lien yang disebut sebagai hematopoiesis

(Handayani dan Haribowo, 2008).


C. STRUKTUR SEL-SEL DARAH

1. Sel darah merah (Eritrosit)

Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan 

diameter sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen 

masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara 

membrane dan inti sel. Warnanya kuning kemerah-merahan, karena 

didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin (Handayani 

dan Haribowo, 2008).

Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom, 

serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, 

fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan protein (Handayani dan 

Haribowo, 2008).

Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah 

merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, satu gram hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen (Handayani dan 

Haribowo, 2008).

2. Sel darah putih (Leukosit)

Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan 

perantaraan kaki palsi (pseupodia). Mempunyai bermacam-macam inti sel, 

sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya serta warnanya bening 

(tidak berwarna) (Handayani dan Haribowo, 2008).

Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis￾jenis dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu 

limfosit T dan B, monosit dan magrofag; serta golongan yang bergranila 

yaitu eosinophil, basophil dan neutrophil (Handayani dan Haribowo, 2008).

3. Keping darah (Trombosit)

Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak 

berinti dan terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang berukuran 2-4 

µm, berbentuk cakram bikonveks dengan volume 5-8 fl. Fungsi trombosit 

berhubungan dengan pertahanan, untuk mempertahankan keutuhan 

jaringan bila terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam usaha menutup luka, 

sehingga tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari 

penyusupan benda atau sel asing (Maharani dkk, 2017).

Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi 

sitoplasma megakariosit. Megakariosit mengalami pematangan dengan 

replikasi inti endomitotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma 

sejalan dengan penambahan lobus menjadi kelipatan duanya. Pada berbagai 

stadium dalam perkembangannya, sitoplasma menjadi granular dan 

trombosit dilepaskan. Produksi trombosit mengikuti pembentukan 

mikrovaskuler dalam sitoplasma sel yang menyatu yang membentuk 

pembentukan mikrovaskuler dalam sitoplasma sel yag menyatu 

membentuk membran pembatas trombosit. Tiap megakariosit bertanggung 

jawab untuk menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu semenjak 

difensiasi sel induk manusia sampai bahkan produksi trombosit berkiasar sekitar 10 hari. Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250 x 109 /L dan 

lama hidup trombosit yang normal adalah 7-10 hari (Mutolo dkk, 2015).


D. HEMOGLOBIN

Hemoglobinadalah metalprotein pengangkut oksigen yang 

mengandung besi dalam sel merah dalam darah manusia dan hewan lainnya. 

Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, 

suatu molekul organic dengan satu atom besi (Munzir, 2019).

Hemoglobin adalah protein yang akan zat besi. Memiliki afinitas (daya 

gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin 

di dalam sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah 

Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen 

pada darah (Munzir, 2019).


E. HEMATOKRIT

Hematokrit adalah tes yang mengukur presentase darah itu terdiri dari 

sel darah merah. Atau juga sering disebut disebut dengan packed cell volume 

(PCV) atau fraksi volume eritrosit.hematokrit dianggap sebagai bagian integral 

dari hitung darah lengkap seseorang., bersama dengan konsentrasi hemoglobin, 

jumlah platelet dan jumlah sel darah putih (Gebretsadkan et al, 2015).

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah, 

gagal ginjal kronis, serta defisiensi vitamin B dan C. apabila terjadi 

peningkatan kadar hematokrit, dapat menunjukkan indikasi adanya dehidrasi, 

asidosis, trauma, pembedahan dan lain-lain (Uliyah dan Hidayat, 2008).


F. LAJU ENDAP DARAH (LED)

Laju Endap Darah (LED), dalam bahasa inggris disebut Erytrocyte 

Sedimentation Rate (ESR) atau Blood Sedimentation Rate (BSR) adalah 

pemeriksaan untuk menentukan kecepatan eritrosit mengendap dalam darah 

yang tidak membeku (darah berisi antikoagulan) pada suatu tabung vertikal 

dalam waktu tertentu. Laju Endap Darah (LED) pada umumnya digunakan 

untuk mendeteksi dan memantau adanya kerusakan jaringan, inflamasi dan 

menunjukkan adanya penyakit (bukan tingkat keparahan) baik akut maupun 

kronis, sehingga pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) bersifat tidak spesifik tetapi beberapa dokter masih menggunakan pemeriksaan Laju Endap Darah 

(LED) untuk membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit sebagai 

pemeriksaan screening (penyaring) dan memantau berbagai macam penyakit 

infeksi, autoimun, keganasan dan berbagai penyakit yang berdampak pada 

protein plasma (Sukarmin dan Iqlima, 2019).

Laju Endap Darah (LED) adalah pemeriksaan untuk menentukan 

kecepatan eritrosit mengendap dalam darah yang berisi berisi antikoagulan 

pada suatu tabung vertikal dalam waktu tertentu. LED pada umumnya 

digunakan untuk mendeteksi dan memantau adanya kerusakan jaringan, 

inflamasi dan menunjukan adanya penyakit (Hidriyah dkk, 2018).


G. METODE PEMERIKSAAN DARAH

Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk 

mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari 

bagian padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), 

trombosit dan bagian cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. 

Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan, 

Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu diagnosis dan memantau penyakit 

dengan melihat kenaikan dan penurunan jumlah sel darah (Bararah dkk, 2017).

Pada pemeriksaan darah lengkap, pengambilan sampel darah dilakukan 

dengan carapengambilan melalui darah vena dikarenakan parameter yang akan 

diperiksa jumlahnya banyak seperti: pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan 

eritrosit, pemeriksaan trombosit, pemeriksaan leukosit, pemeriksaan 

hematokrit, pemeriksaan LED dan lain – lain. Pengambilan darah vena 

dilakukan dengan cara menusukkan kulit dengan mengunakan spuit ke dalam 

lumen darah vena secara perlahan – lahan sampai jumlah yang dibutuhkan, 

kemudian masukkan kedalam tabung yang telah berisi antikoagulan 

(Gandasoebrata, 2008).

Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah 

pembekuan darah.Antikoagulan yang sering dipakai biasanya EDTA.EDTA 

(Ethylendiamine Tetraacetic Acid) yang berisi garam kalium (dipottasium 

ethylendiamine tetraacete, dipotassium versentate EDTA atau versene) dan garam natriumnya (sequestrene Na2). Adapun contoh antikoagulan lainnya 

yaitu, Trisodium sitrat, Double oksalat, Heparin, Natrium oksalat, Natrium 

florida (Gandasoebrata, 2008).

Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Alat Hematology Analyzer

Auto Hematology Analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa 

darah. Alat ini biasa digunakan dalam bidang kesehatan untuk membantu 

diagnosis penyakit diderita oleh pasien misalnya kanker, diabetes, dan lain –

lain. Alat ini digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara 

menghitung dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi 

aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel – sel yang dilewatkan. Prinsip 

kerja dari alat ini yaitu pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar 

yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang 

dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer. Flow 

cytometer adalah metode pengukuran jumlah dan sifat – sifat sel yang 

dibungkus oleh aliran cairan melalui celah sempit, ribuan sel dialirkan melalui 

celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat lewat satu persatu, kemudian 

dilakukan penghitungan jumlah sel dan ukurannya (Mindray, 2006).

Pemeriksaan darah secara lengkap dengan menggunakan alat analisis 

sel darah automatik yaitu Beckman Counter Auto Hematology Analyzer

merupakan suatu penganalisis hematologi multi parameter untuk pemeriksaan 

kuantitatif maksimum 19 parameter dan 3 histogram yang meliputi WBC 

(White Blood Cell) Lymphocyte, Mid sized cell, Granulocyte, RBC (Red Blood 

Cell), HGB (Hemoglobin), MCV (Mean Cospular Volume), MCH (Mean 

Cospular Hemoglobin), MCHC (Mean Cospular Hemoglobin Concentration), 

HCT (Hematocrit), PLT (Platelet) dan lain – lainnya (Mindray, 2006).



BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. PRA ANALITIK

1. Persiapan pasien

Tidak memerlukan persiapan khusus


2. Persiapan sampel

a. Sampel darah EDTA sebaiknya tes dilakukan selambatnya 2 jam 

b. Sampel dapat disimpan 24 jam di dalam kulkas dengan suhu 4⁰ C

c. Anamnesis perlu diperhatikan riwayat perdarahan, obat yang diminum 

dan transfuse darah


3. Metode tes

Automatic


4. Prinsip pemeriksaan

Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer yaitu pengukuran 

jumlah dan sifat – sifat sel yang dibungkus oleh aliran cairan melalui celah 

sempit, ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa 

sehingga sel dapat lewat satu persatu, kemudian dilakukan penghitungan 

jumlah sel dan ukurannya.


5. Alat dan bahan

a. Alat

1) Tabung reaksi

2) Alat automatik Hematology Analyzer

b. Bahan

1) Sampel darah EDTA 

2) Reagen 

a) Reagen Diluent digunakan pada proses perhitungan sel darah 

dan hitung jenis sel

b) Reagen Biolyse digunakan untuk melisiskan sel-sel darah dan 

menentukan konsentrasi Hb

c) Reagen cleaner digunakan sebagai bahan pembersih 


B. ANALITIK

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Dilakukan pengambilan darah EDTA

3. Dihidupkan alat hematology analyzer dengan menekkan tombol on pada 

belakang bagian alat kemudian ditunggu beberapa menit hingga muncul 

tulisan “PASS” pada layar

4. Diletakkan tabung ke tempat yang sudah di sediakan dan ditekan tombol 

hingga darah masuk ke pipet kapiler alat

5. Ditunggu beberapa menit hingga keluar hasil kadar dari parameter yang 

diuji

6. Dibaca hasil pada layar alat dan dicatat di buku laporan laboratorium


C. PASCA ANALITIK



BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kegiatan praktikum Hematologi III ini dilakukan praktikum 

pemeriksaan darah rutin atau darah lengkap menggunakan cara automatic dengan 

menggunakan alat hematology analyzer. Pemeriksaan ini bertujuan untuk 

mengetahui hasil dari darah rutin seseorang serta dapat juga untuk membantu 

mendiagnosis penyakit pada seseorang.

Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk 

mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian 

padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan 

bagian cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan 

hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan, Pemeriksaan ini dilakukan 

untuk membantu diagnosis dan memantau penyakit dengan melihat kenaikan dan 

penurunan jumlah sel darah (Bararah dkk, 2017).

Pemeriksaan hematologi yaitu pemeriksaan darah rutin yang dapat 

dilakukan dengan cara manual dan dengan cara automatik yang mencakup 

parameter pemeriksaan seperti jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah trombosit, 

kadar hemoglobin, hematokrit, laju endap darah, pembuatan sediaan apusan darah, 

dan pemeriksaan sedimen darah. Pemeriksaan darah rutin dapat dilakukan dengan 

dua cara yakni cara manual dan cara automatic dengan menggunakna alat 

hematology analyzer. Pada praktikum pemeriksaan darah rutin kali ini kita 

menggunakan cara automatic menggunakan alat hematology analyzer.

Adapun prinsip dari metode automatic ini adalah Alat ini bekerja 

berdasarkan prinsip flow cytometer yaitu pengukuran jumlah dan sifat – sifat sel 

yang dibungkus oleh aliran cairan melalui celah sempit, ribuan sel dialirkan melalui 

celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat lewat satu persatu, kemudian 

dilakukan penghitungan jumlah sel dan ukurannya.

Hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan yang akan 

digunakan. Alat yang digunakan pada pemeriksaan darah rutin kali ini adalah 

tabung reaksi dan alat hematology analyzer. Bahan yang digunakan yaitu sampel darah EDTA dan reagen pemeriksaan yang secar aotomatis telah diatur oleh alat 

(berada dalam alat).

Langkah pertama yang dilakukan adalah dilakukan pengambilan darah vena 

menggunakan spoit spoit 3 cc dan masukkan kedalam tabung EDTA. Sampel darah 

yang digunakan adalah darah EDTA, darah EDTA adalah darah yang diberikan 

antikoagulan untuk menghindari terjadinya pembekuan darah ketika pemeriksaan 

berlangsung.

Adapun cara kerja pemeriksaan darah rutin menggunakan alat hematology 

analyzer adalah sangat simple sekali yaitu dengan cara alat hematology analyzer

dihidupkan dengan menekkan tombol on pada belakang bagian alat kemudian 

ditunggu beberapa menit hingga muncul tulisan “PASS” pada layar, setelah itu 

diletakkan tabung ke tempat yang sudah di sediakan dan ditekan tombol hingga 

darah masuk ke pipet kapiler alat, ditunggu beberapa menit hingga keluar hasil 

kadar dari parameter yang diuji kemudian dibaca hasil pada layar alat dan dicatat 

di buku laporan laboratorium.

Pada hasil yang tampil di alat hematology analyzer terdapat tiga warna yaitu 

warna biru yang berarti nilainya rendah atau kurang dari normal, warna hitam 

berarti nilai tersebut berada pada range normal, dan merah berarti nilai tersebut 

tinggi atau lebih dari nilai normal.

Adapun hasil dari pemeriksaan darah rutin pada pasien pertama (Sampel 1)

yaitu didapatkan hasil pada nilai RBC (eritrosit) 5.13 10^6/uL yang berarti normal 

begitu pula untuk nilai indeks eritrosinya MCV 82.8 fL, MCH 28.8 pg dan MCHC 

nya 34.8 g/dL yang semuanya itu masih berada pada range nilai normalnya masing￾masing, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kelainan pada eritrositnya. 

Kemudian untuk WBC (leukosit) hasilnya yaitu 10.0 10^3/uL yang bearti normal 

atau tidak ada kelainan pada sel leukositnya. Namun untuk jenis leukosit pada 

hasilnya disini ada kesalahan karena tidak ada proses diskriminasi, pada saat proses 

pengukuran alat mengalami kebingungan menghitung jenis leukosit karena sel-sel 

nya tidak bisa dibedakan. Hal ini dapat dibantu dengan melakukan diskriminasi 

secara manual.


Sedangkan untuk angka PLT (trombosit) yaitu kurang dari normal yakni 59 

10^3/uL. Angka tersebut sangat jauh dari nilai rujukan yang ada. Dengan adanya 

penurunan pada hasil platelet ini pasien dapat didiagnosis mengalami 

trombositopenia, kemungkinan kasus ini terjadi mungkin karena tromsitopenia 

murni atau mungkin juga trombositopenia yang terjadi disebabkan oleh penyakit 

DBD (Demam Berdarah Dengue). Tapi menurut WHO salah satu penanda 

seseorang terkena DBD jika terjadi hemokonsentrasi sehingga terjadi peningkatan 

pada nilai HCT (hematokrit) dan HGB (hemoglobin) pasien tersebut. Pada hasilnya 

mungkin fisiologi dari pasien pertama ini hemoglobinnya 11 atau rendah, namun 

karena adanya hemokonsentrasi sehingga nilai hemoglobinnya meningkat menjadi 

14.8 g/dL. Selain itu terjadi juga hemokonsentrasi pada HCT (hematokritnya) yang 

mungkin saja fisiologinya rendah menjadi meningkat menjadi 42.5%.

Sedangkan pembacaan hasil menurut histogram untuk PLT (trombosit) 

dapat dilihat histogramnya lebar sekali, hal ini disesuaikan dengan hasil PDW nya 

yaitu 21.1 yang artinya ada variasi platelet keci, sedang, besar dan besar sekali. 

Namun, didominasikan oleh platelet kecil dan juga sedang lumayan banyak. 

Asumsi sedang disini karena platelet atau trombosit ini pada usia muda ukurannya 

agak besar. 

Dari hasil yang ada, dapat disimpulkan untuk pasien pertama yaitu terjadi 

kondisi trombositopenia dengan platelet rendah yaitu 59.000/uL tapi secara 

morfologi ukurannya bervariasi.

Adapun hasil dari pemeriksaan darah rutin pada pasien kedua (Sampel 2)

yaitu, kita lihat dari hasil hemoglobin yaitu 12.4 g/dL, RBC 5.39 10^6/uL dan HCT 

38.8 % yang masih berada pada batas normal. Namun hasil indeks eritrosit yaitu 

MCV, MCH dan MCHC kurang dari normal atau rendah yang dapat menandakan 

terjadinya kondisi anemia mikrositik hipokrom yang dimana ukuran sel eritrositnya 

kecil serta warna selnya yang pucat jika dilihat dibawah mikroskop dengan 

menggunakan apusan darah tepi. Sementara untuk nilai trombosit atau platelet yaitu 

209.000/uL yang masih berada pada batas normal. Sedangkan untuk WBC 

(leukosit) mengalami peningkatan yaitu 12.000/uL yang berarti terjadinya kondisi 

leukositosis yang didominasikan dengan peningkatan jenis leukosit yaitu neutrophil 

yakni 92%. Serta terjadi penurunan pada limfosit dan mxd (basophil, eosinophil 

dan monosit). 

Dari hasil yang ada, dapat disimpulkan untuk pasien kedua ini terjadi 

kondisi leukositosis ringan dengan morfologi sel eritosit kecil-kecil dan pucat 

dengan neutrifilia.

Adapun faktor penyebab terjadinya kesalahan pada hasil dengan 

menggunakan alat hematology analyzer antara lain, yaitu:

1. Salah cara sampling dan pemilihan spesimen

2. Salah penyimpanan spesimen dan waktu pemeriksaan ditunda terlalu lama 

sehingga terjadi perubahan morfologi sel darah

3. Kesalahan tidak mengocok sampel secara homogeny, terutama bila tidak 

memiliki alat pengocok otomatis (nutator) maka dikhawatirkan tidak 

sehomogen saat sampel darah diambil dari tubuh pasien. Inilah kesalahan fatal 

yang sering terjadi pada pemeriksaan ini

4. Kehabisan reagen Lyse sehingga seluruh sel tidak dihancurkan saat pengukuran 

sel tertentu

5. Kalibrasi dan control tidak benar. Tidak melakukan kalibrasi secara berkala 

dan darah control yang digunakan sudah mengalami expired date tapi tetap 

dipakai karena menghemat biaya operasional

6. Carry over, homogenisasi dan voleume yang kurang. Untuk alat jenis open 

tube maka, penyebabnya adalah saat pada memasukkan sampel pada jarum 

sampling alat, misalnya jarum tidak masuk penuh ujungnyapada darah atau 

darah terlalu sedikit dalamm tabung atau botol lebar sehingga saat dimasukkan 

jarum tidak terendam seluruhnya. Untuk jenis close tube kesalahannya juga 

hampir sama, yaitu tidak memenuhi vlume minimum yang diminta oleh alat. 

Untuk tipe close tube menggunakan cara prediluent, perlu dikocok dahulu saat 

pengenceran darah dengan diluent

7. Alat atau reagen rusak. Alat dapat saja rusak bila suhu yang tidak sesuai 

(warning: Temperature Ambient Abnormal) dan kondisi meja yang tidak baik. 

Reagensia yang digunakan jelek dan mungkin terkontaminasi oleh udara luar 

karena packing yang jelek 

8. Hasil tidak normal tanpa ada peringatan (NO FLAGS) pada alat, misalnya ada 

catatan khusus berupa warning, misal platelets flag 

9. Hasil tidak normal dan kurang sesuai dengan sebelumnya atau klinis yang 

sedang terjadi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya diagnosis yang sesat

10. Diluar batas linier alat. Artinya bahwa hasil yang diukur tidak mampu dicapai 

oleh alat, misalnya kada leukosit yang sangat tinggi pada leukemia

11. Memang sampel tersebut ada kelainan khusus



BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat ditarik kesimpulan:

1. Untuk kasus pada pasien pertama yaitu terjadi kondisi trombositopenia 

yaitu platelet rendah yaitu 59.000/uL tapi secara morfologi ukurannya 

bervariasi.

2. Untuk kasus pada pasien kedua terjadi kondisi leukositosis ringan dengan 

morfologi sel eritosit kecil-kecil dan pucat dengan neutrofilia.


B. SARAN

Diharapkan untuk kedepannya pada proses praktikum, para praktikan 

dapat bekerja dengan lebih tenang dan teliti.



DAFTAR PUSTAKA

Bararah, S Azizi dkk. 2017. Implementasi Case Based Reasoning untuk Diagnosa 

Penyakit Berdasarkan Gejala Klinis dan Hasil Pemeriksaan Hematologi 

dengan Probabilitas Bayes (Studi Kasus: Rsud Rejang Lebong). 

Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Gandasoebrata, R. 2008. Penuntun Laboraturium Klinik. Cetakan Keempatbelas. 

Jakarta: Dian Rakyat. 

Gebretsadkan, Gebrewahd, ddk. 2015. The Comparison between Microhematocrit 

and Automated Methods for Hematocrit Determination. Ethiopia; 

Hawassa University College of Medicine and Health Sciences.

Handayani, Wiwik dan Haribowo, S Andi. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien 

dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Hidriyah, Silvia dkk. 2018. Perbandingan Nilai Laju Endap Darah (LED) Antara 

Metode Westergren dengan Metode Mikro ESR pada Penderita 

Tuberkulosis Paru. Banten: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan 

Banten.

Kurniawan, F Bakri. 2014. Hematologi Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta: EGC.

Maharani, R Dewi, dkk. 2017. Perbedaan Hitung Jumlah Trombosit Metode 

Impedansi, Langsung Dan Barbara Brown. Semarang: Universitas 

Muhammadiyah Semarang.

Mindray. 2006. BC- 2600 Auto Hematology Analyzer. China: Elsevier Saunders. 

Munzir, Abul. 2019. Perbandingan Kadar Hemoglobin Darah Atlet Sepak Bola di 

Dataran Tinggi (Malakaji F.C.) dan di Dataran Rendah (Electric PLN 

F.C.). Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Motulo, Y Cindy, dkk. 2015. Karakteristik Trombosit Pada Pasien Anak Dengan 

Infeksi Virus Dengue Di Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Sukarmin, Mimin dan Iqlima, Dealitanti. 2019. Perbandingan Hasil Pengukuran 

Laju Endap Darah dengan Metode Manual dan Automatic. Jakarta: 

STIKES Kesetiakawanan Sosial Indonesia.

Sundari, Rini dkk. 2017. Perbedaan Parameter Hematologi pada Penderita 

Tuberkulosis Paru Terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis Galur Beijing 

dengan Galur NonBeijing. Bandung: Universitas Padjajaran.


Uliyah, Musrifatul dan Hidayat, A Alimul. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar 

Praktik Klinik. Jakarta; Salemba Medika.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar