LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI III
(Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Cara Automatik)
NAMA : NUR SYAFAH SAMAL
NIM : 18 3145 353 071
KELAS : 18B
PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Darah merupakan jaringan yang membentuk cairan yang terdiri atas dua
bagian besar, yaitu: bagian cair, berupa plasma atau serum dan korpuskuli yakni
material darah yang terdiri atas sel-sel darah: sel darah putih (leukosit), sel darah
merah (eritrosit), dan sel pembeku darah (trombosit). bagian cair pada darah
berupa plasma atau serum (Kurniawan, 2018).
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Beberapa data
pemeriksaan laboratorium dirancang untuk tujuan tertentu misalnya untuk
mendeteksi adanya gangguan fungsi organ, menentukan resiko suatu penyakit,
memantau progresivitas penyakit, memantau kemajuan hasil pengobatan, dan
sebagainya (Bararah dkk, 2017).
Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu diagnosis dan memantau penyakit
dengan melihat kenaikan dan penurunan jumlah sel darah (Bararah dkk, 2017).
Tuberkulosis atau disebut TB adalah penyakit inflamasi kronik yang
masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk di Indonesia. Pada TB terjadi
proses inflamasi yang dapat memengaruhi sistem hematopoesis. Terjadi
perubahan hasil pemeriksaan hematologi yang sangat beragam baik leukosit,
eritrosit, trombosit, maupun laju endap darah (LED) (Sundari dkk, 2017).
Pemeriksaan hematologi yaitu pemeriksaan darah rutin yang dapat
dilakukan dengan cara manual dan dengan cara automatik yang mencakup
parameter pemeriksaan seperti jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah
trombosit, kadar hemoglobin, hematokrit, laju endap darah, pembuatan sediaan
apusan darah, dan pemeriksaan sedimen darah. Pada cara manual, pemeriksaan
darah rutin atau pemeriksaan darah lengkap ini dilakukan satu-satu untuk
masing-masing parameter pemeriksaannya. Sedangkan untuk cara automatic,
pemeriksaan darah rutin dilakukan dengan menggunakan alat hematology
analyzer yang dimana hasil yang dikeluarkan adalah hasil dari seluruh parameter pemeriksaan darah rutin, hasil yang keluar pada alat hematology
analyzer ini berupa paper.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah praktikum pemeriksaan
darah rutin atau darah lengkap dengan menggunakan metode automatik
menggunakan alat hematology analyzer.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui jumlah atau hasil dari parameter pada pemeriksaan
darah rutin menggunakan alat hematology analyze yang dapat digunakan untuk
membantu menegkkan diagnosa pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI DARAH
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain,
berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang
dinamakan sebagai pembuluh darah dan berfungsi sebagai sarana transpor, alat
homeostasis dan alat pertahanan. Darah dibagi menjadi dua bagian yaitu sel
darah dan cairan darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (lekosit) dan keping sel (trombosit). Cairan darah yang terpisah dari
sel darah yaitu plasma atau serum (Maharani dkk, 2017).
Menurut Kurniawan, (2018) menjelaskan tentang peranan penting
darah dalam berbagai fungsi tubuh yaitu:
1. Penapasan
2. Nutrisi
3. Ekskresi
4. Kekebalan tubuh (imunitas)
5. Korelasi hormonal
6. Keseimbangan air dalam tubuh
7. Pengatur suhu
8. Tekanan osmotik
9. Keseimbangan asam basa
10. Pengatur tekanan darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Manusia rata-rata mempunyai
enam liter darah atau sekitar 8% dari total berat badan manusia. Apabila
contoh darah diambil kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu
disentrifugasi maka tampak darah tersusun atas 55 % plasma darah dan 45 %
sel darah. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung
dengan selsel di dalam tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu
plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Plasma darah
merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah
mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air
(Bararah dkk, 2017).
B. HEMATOPOIESIS
Hematopoiesis merupakan proses pembentukan darah. Tempat
hematopoiesis pada menusia berpindah-pindah, sesuai dengan usianya. Proses
pembentukan darah pada usia 0 – 3 bulan intraurine terjadi pada yolk sac, pada
usia 3 – 6 bulan intraurine terjadi pada hati dan limpa. Sedangkan pada usia 4
bulan intrauterine samapi dewasa proses pembentukan darah terjadi di sumsum
tulang (Handayani dan Haribowo, 2008).
Pada orang dewasa dengan keadaan fisiologis, semua hematopoiesis
terjadi di sumsum tulang. Dalam keadaan patologis, hematopoiesis terjadi di
luar sumsum tulang, terutama di lien yang disebut sebagai hematopoiesis
(Handayani dan Haribowo, 2008).
C. STRUKTUR SEL-SEL DARAH
1. Sel darah merah (Eritrosit)
Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan
diameter sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen
masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara
membrane dan inti sel. Warnanya kuning kemerah-merahan, karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin (Handayani
dan Haribowo, 2008).
Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom,
serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis,
fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan protein (Handayani dan
Haribowo, 2008).
Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah
merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, satu gram hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen (Handayani dan
Haribowo, 2008).
2. Sel darah putih (Leukosit)
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantaraan kaki palsi (pseupodia). Mempunyai bermacam-macam inti sel,
sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya serta warnanya bening
(tidak berwarna) (Handayani dan Haribowo, 2008).
Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenisjenis dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu
limfosit T dan B, monosit dan magrofag; serta golongan yang bergranila
yaitu eosinophil, basophil dan neutrophil (Handayani dan Haribowo, 2008).
3. Keping darah (Trombosit)
Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak
berinti dan terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang berukuran 2-4
µm, berbentuk cakram bikonveks dengan volume 5-8 fl. Fungsi trombosit
berhubungan dengan pertahanan, untuk mempertahankan keutuhan
jaringan bila terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam usaha menutup luka,
sehingga tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari
penyusupan benda atau sel asing (Maharani dkk, 2017).
Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi
sitoplasma megakariosit. Megakariosit mengalami pematangan dengan
replikasi inti endomitotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma
sejalan dengan penambahan lobus menjadi kelipatan duanya. Pada berbagai
stadium dalam perkembangannya, sitoplasma menjadi granular dan
trombosit dilepaskan. Produksi trombosit mengikuti pembentukan
mikrovaskuler dalam sitoplasma sel yang menyatu yang membentuk
pembentukan mikrovaskuler dalam sitoplasma sel yag menyatu
membentuk membran pembatas trombosit. Tiap megakariosit bertanggung
jawab untuk menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu semenjak
difensiasi sel induk manusia sampai bahkan produksi trombosit berkiasar sekitar 10 hari. Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250 x 109 /L dan
lama hidup trombosit yang normal adalah 7-10 hari (Mutolo dkk, 2015).
D. HEMOGLOBIN
Hemoglobinadalah metalprotein pengangkut oksigen yang
mengandung besi dalam sel merah dalam darah manusia dan hewan lainnya.
Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme,
suatu molekul organic dengan satu atom besi (Munzir, 2019).
Hemoglobin adalah protein yang akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin
di dalam sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah
Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen
pada darah (Munzir, 2019).
E. HEMATOKRIT
Hematokrit adalah tes yang mengukur presentase darah itu terdiri dari
sel darah merah. Atau juga sering disebut disebut dengan packed cell volume
(PCV) atau fraksi volume eritrosit.hematokrit dianggap sebagai bagian integral
dari hitung darah lengkap seseorang., bersama dengan konsentrasi hemoglobin,
jumlah platelet dan jumlah sel darah putih (Gebretsadkan et al, 2015).
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah,
gagal ginjal kronis, serta defisiensi vitamin B dan C. apabila terjadi
peningkatan kadar hematokrit, dapat menunjukkan indikasi adanya dehidrasi,
asidosis, trauma, pembedahan dan lain-lain (Uliyah dan Hidayat, 2008).
F. LAJU ENDAP DARAH (LED)
Laju Endap Darah (LED), dalam bahasa inggris disebut Erytrocyte
Sedimentation Rate (ESR) atau Blood Sedimentation Rate (BSR) adalah
pemeriksaan untuk menentukan kecepatan eritrosit mengendap dalam darah
yang tidak membeku (darah berisi antikoagulan) pada suatu tabung vertikal
dalam waktu tertentu. Laju Endap Darah (LED) pada umumnya digunakan
untuk mendeteksi dan memantau adanya kerusakan jaringan, inflamasi dan
menunjukkan adanya penyakit (bukan tingkat keparahan) baik akut maupun
kronis, sehingga pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) bersifat tidak spesifik tetapi beberapa dokter masih menggunakan pemeriksaan Laju Endap Darah
(LED) untuk membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit sebagai
pemeriksaan screening (penyaring) dan memantau berbagai macam penyakit
infeksi, autoimun, keganasan dan berbagai penyakit yang berdampak pada
protein plasma (Sukarmin dan Iqlima, 2019).
Laju Endap Darah (LED) adalah pemeriksaan untuk menentukan
kecepatan eritrosit mengendap dalam darah yang berisi berisi antikoagulan
pada suatu tabung vertikal dalam waktu tertentu. LED pada umumnya
digunakan untuk mendeteksi dan memantau adanya kerusakan jaringan,
inflamasi dan menunjukan adanya penyakit (Hidriyah dkk, 2018).
G. METODE PEMERIKSAAN DARAH
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari
bagian padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
trombosit dan bagian cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma.
Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan,
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu diagnosis dan memantau penyakit
dengan melihat kenaikan dan penurunan jumlah sel darah (Bararah dkk, 2017).
Pada pemeriksaan darah lengkap, pengambilan sampel darah dilakukan
dengan carapengambilan melalui darah vena dikarenakan parameter yang akan
diperiksa jumlahnya banyak seperti: pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan
eritrosit, pemeriksaan trombosit, pemeriksaan leukosit, pemeriksaan
hematokrit, pemeriksaan LED dan lain – lain. Pengambilan darah vena
dilakukan dengan cara menusukkan kulit dengan mengunakan spuit ke dalam
lumen darah vena secara perlahan – lahan sampai jumlah yang dibutuhkan,
kemudian masukkan kedalam tabung yang telah berisi antikoagulan
(Gandasoebrata, 2008).
Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah.Antikoagulan yang sering dipakai biasanya EDTA.EDTA
(Ethylendiamine Tetraacetic Acid) yang berisi garam kalium (dipottasium
ethylendiamine tetraacete, dipotassium versentate EDTA atau versene) dan garam natriumnya (sequestrene Na2). Adapun contoh antikoagulan lainnya
yaitu, Trisodium sitrat, Double oksalat, Heparin, Natrium oksalat, Natrium
florida (Gandasoebrata, 2008).
Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Alat Hematology Analyzer
Auto Hematology Analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa
darah. Alat ini biasa digunakan dalam bidang kesehatan untuk membantu
diagnosis penyakit diderita oleh pasien misalnya kanker, diabetes, dan lain –
lain. Alat ini digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara
menghitung dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi
aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel – sel yang dilewatkan. Prinsip
kerja dari alat ini yaitu pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar
yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang
dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer. Flow
cytometer adalah metode pengukuran jumlah dan sifat – sifat sel yang
dibungkus oleh aliran cairan melalui celah sempit, ribuan sel dialirkan melalui
celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat lewat satu persatu, kemudian
dilakukan penghitungan jumlah sel dan ukurannya (Mindray, 2006).
Pemeriksaan darah secara lengkap dengan menggunakan alat analisis
sel darah automatik yaitu Beckman Counter Auto Hematology Analyzer
merupakan suatu penganalisis hematologi multi parameter untuk pemeriksaan
kuantitatif maksimum 19 parameter dan 3 histogram yang meliputi WBC
(White Blood Cell) Lymphocyte, Mid sized cell, Granulocyte, RBC (Red Blood
Cell), HGB (Hemoglobin), MCV (Mean Cospular Volume), MCH (Mean
Cospular Hemoglobin), MCHC (Mean Cospular Hemoglobin Concentration),
HCT (Hematocrit), PLT (Platelet) dan lain – lainnya (Mindray, 2006).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. PRA ANALITIK
1. Persiapan pasien
Tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan sampel
a. Sampel darah EDTA sebaiknya tes dilakukan selambatnya 2 jam
b. Sampel dapat disimpan 24 jam di dalam kulkas dengan suhu 4⁰ C
c. Anamnesis perlu diperhatikan riwayat perdarahan, obat yang diminum
dan transfuse darah
3. Metode tes
Automatic
4. Prinsip pemeriksaan
Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer yaitu pengukuran
jumlah dan sifat – sifat sel yang dibungkus oleh aliran cairan melalui celah
sempit, ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa
sehingga sel dapat lewat satu persatu, kemudian dilakukan penghitungan
jumlah sel dan ukurannya.
5. Alat dan bahan
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Alat automatik Hematology Analyzer
b. Bahan
1) Sampel darah EDTA
2) Reagen
a) Reagen Diluent digunakan pada proses perhitungan sel darah
dan hitung jenis sel
b) Reagen Biolyse digunakan untuk melisiskan sel-sel darah dan
menentukan konsentrasi Hb
c) Reagen cleaner digunakan sebagai bahan pembersih
B. ANALITIK
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dilakukan pengambilan darah EDTA
3. Dihidupkan alat hematology analyzer dengan menekkan tombol on pada
belakang bagian alat kemudian ditunggu beberapa menit hingga muncul
tulisan “PASS” pada layar
4. Diletakkan tabung ke tempat yang sudah di sediakan dan ditekan tombol
hingga darah masuk ke pipet kapiler alat
5. Ditunggu beberapa menit hingga keluar hasil kadar dari parameter yang
diuji
6. Dibaca hasil pada layar alat dan dicatat di buku laporan laboratorium
C. PASCA ANALITIK
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kegiatan praktikum Hematologi III ini dilakukan praktikum
pemeriksaan darah rutin atau darah lengkap menggunakan cara automatic dengan
menggunakan alat hematology analyzer. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui hasil dari darah rutin seseorang serta dapat juga untuk membantu
mendiagnosis penyakit pada seseorang.
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian
padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan
bagian cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan
hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan, Pemeriksaan ini dilakukan
untuk membantu diagnosis dan memantau penyakit dengan melihat kenaikan dan
penurunan jumlah sel darah (Bararah dkk, 2017).
Pemeriksaan hematologi yaitu pemeriksaan darah rutin yang dapat
dilakukan dengan cara manual dan dengan cara automatik yang mencakup
parameter pemeriksaan seperti jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah trombosit,
kadar hemoglobin, hematokrit, laju endap darah, pembuatan sediaan apusan darah,
dan pemeriksaan sedimen darah. Pemeriksaan darah rutin dapat dilakukan dengan
dua cara yakni cara manual dan cara automatic dengan menggunakna alat
hematology analyzer. Pada praktikum pemeriksaan darah rutin kali ini kita
menggunakan cara automatic menggunakan alat hematology analyzer.
Adapun prinsip dari metode automatic ini adalah Alat ini bekerja
berdasarkan prinsip flow cytometer yaitu pengukuran jumlah dan sifat – sifat sel
yang dibungkus oleh aliran cairan melalui celah sempit, ribuan sel dialirkan melalui
celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat lewat satu persatu, kemudian
dilakukan penghitungan jumlah sel dan ukurannya.
Hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Alat yang digunakan pada pemeriksaan darah rutin kali ini adalah
tabung reaksi dan alat hematology analyzer. Bahan yang digunakan yaitu sampel darah EDTA dan reagen pemeriksaan yang secar aotomatis telah diatur oleh alat
(berada dalam alat).
Langkah pertama yang dilakukan adalah dilakukan pengambilan darah vena
menggunakan spoit spoit 3 cc dan masukkan kedalam tabung EDTA. Sampel darah
yang digunakan adalah darah EDTA, darah EDTA adalah darah yang diberikan
antikoagulan untuk menghindari terjadinya pembekuan darah ketika pemeriksaan
berlangsung.
Adapun cara kerja pemeriksaan darah rutin menggunakan alat hematology
analyzer adalah sangat simple sekali yaitu dengan cara alat hematology analyzer
dihidupkan dengan menekkan tombol on pada belakang bagian alat kemudian
ditunggu beberapa menit hingga muncul tulisan “PASS” pada layar, setelah itu
diletakkan tabung ke tempat yang sudah di sediakan dan ditekan tombol hingga
darah masuk ke pipet kapiler alat, ditunggu beberapa menit hingga keluar hasil
kadar dari parameter yang diuji kemudian dibaca hasil pada layar alat dan dicatat
di buku laporan laboratorium.
Pada hasil yang tampil di alat hematology analyzer terdapat tiga warna yaitu
warna biru yang berarti nilainya rendah atau kurang dari normal, warna hitam
berarti nilai tersebut berada pada range normal, dan merah berarti nilai tersebut
tinggi atau lebih dari nilai normal.
Adapun hasil dari pemeriksaan darah rutin pada pasien pertama (Sampel 1)
yaitu didapatkan hasil pada nilai RBC (eritrosit) 5.13 10^6/uL yang berarti normal
begitu pula untuk nilai indeks eritrosinya MCV 82.8 fL, MCH 28.8 pg dan MCHC
nya 34.8 g/dL yang semuanya itu masih berada pada range nilai normalnya masingmasing, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kelainan pada eritrositnya.
Kemudian untuk WBC (leukosit) hasilnya yaitu 10.0 10^3/uL yang bearti normal
atau tidak ada kelainan pada sel leukositnya. Namun untuk jenis leukosit pada
hasilnya disini ada kesalahan karena tidak ada proses diskriminasi, pada saat proses
pengukuran alat mengalami kebingungan menghitung jenis leukosit karena sel-sel
nya tidak bisa dibedakan. Hal ini dapat dibantu dengan melakukan diskriminasi
secara manual.
Sedangkan untuk angka PLT (trombosit) yaitu kurang dari normal yakni 59
10^3/uL. Angka tersebut sangat jauh dari nilai rujukan yang ada. Dengan adanya
penurunan pada hasil platelet ini pasien dapat didiagnosis mengalami
trombositopenia, kemungkinan kasus ini terjadi mungkin karena tromsitopenia
murni atau mungkin juga trombositopenia yang terjadi disebabkan oleh penyakit
DBD (Demam Berdarah Dengue). Tapi menurut WHO salah satu penanda
seseorang terkena DBD jika terjadi hemokonsentrasi sehingga terjadi peningkatan
pada nilai HCT (hematokrit) dan HGB (hemoglobin) pasien tersebut. Pada hasilnya
mungkin fisiologi dari pasien pertama ini hemoglobinnya 11 atau rendah, namun
karena adanya hemokonsentrasi sehingga nilai hemoglobinnya meningkat menjadi
14.8 g/dL. Selain itu terjadi juga hemokonsentrasi pada HCT (hematokritnya) yang
mungkin saja fisiologinya rendah menjadi meningkat menjadi 42.5%.
Sedangkan pembacaan hasil menurut histogram untuk PLT (trombosit)
dapat dilihat histogramnya lebar sekali, hal ini disesuaikan dengan hasil PDW nya
yaitu 21.1 yang artinya ada variasi platelet keci, sedang, besar dan besar sekali.
Namun, didominasikan oleh platelet kecil dan juga sedang lumayan banyak.
Asumsi sedang disini karena platelet atau trombosit ini pada usia muda ukurannya
agak besar.
Dari hasil yang ada, dapat disimpulkan untuk pasien pertama yaitu terjadi
kondisi trombositopenia dengan platelet rendah yaitu 59.000/uL tapi secara
morfologi ukurannya bervariasi.
Adapun hasil dari pemeriksaan darah rutin pada pasien kedua (Sampel 2)
yaitu, kita lihat dari hasil hemoglobin yaitu 12.4 g/dL, RBC 5.39 10^6/uL dan HCT
38.8 % yang masih berada pada batas normal. Namun hasil indeks eritrosit yaitu
MCV, MCH dan MCHC kurang dari normal atau rendah yang dapat menandakan
terjadinya kondisi anemia mikrositik hipokrom yang dimana ukuran sel eritrositnya
kecil serta warna selnya yang pucat jika dilihat dibawah mikroskop dengan
menggunakan apusan darah tepi. Sementara untuk nilai trombosit atau platelet yaitu
209.000/uL yang masih berada pada batas normal. Sedangkan untuk WBC
(leukosit) mengalami peningkatan yaitu 12.000/uL yang berarti terjadinya kondisi
leukositosis yang didominasikan dengan peningkatan jenis leukosit yaitu neutrophil
yakni 92%. Serta terjadi penurunan pada limfosit dan mxd (basophil, eosinophil
dan monosit).
Dari hasil yang ada, dapat disimpulkan untuk pasien kedua ini terjadi
kondisi leukositosis ringan dengan morfologi sel eritosit kecil-kecil dan pucat
dengan neutrifilia.
Adapun faktor penyebab terjadinya kesalahan pada hasil dengan
menggunakan alat hematology analyzer antara lain, yaitu:
1. Salah cara sampling dan pemilihan spesimen
2. Salah penyimpanan spesimen dan waktu pemeriksaan ditunda terlalu lama
sehingga terjadi perubahan morfologi sel darah
3. Kesalahan tidak mengocok sampel secara homogeny, terutama bila tidak
memiliki alat pengocok otomatis (nutator) maka dikhawatirkan tidak
sehomogen saat sampel darah diambil dari tubuh pasien. Inilah kesalahan fatal
yang sering terjadi pada pemeriksaan ini
4. Kehabisan reagen Lyse sehingga seluruh sel tidak dihancurkan saat pengukuran
sel tertentu
5. Kalibrasi dan control tidak benar. Tidak melakukan kalibrasi secara berkala
dan darah control yang digunakan sudah mengalami expired date tapi tetap
dipakai karena menghemat biaya operasional
6. Carry over, homogenisasi dan voleume yang kurang. Untuk alat jenis open
tube maka, penyebabnya adalah saat pada memasukkan sampel pada jarum
sampling alat, misalnya jarum tidak masuk penuh ujungnyapada darah atau
darah terlalu sedikit dalamm tabung atau botol lebar sehingga saat dimasukkan
jarum tidak terendam seluruhnya. Untuk jenis close tube kesalahannya juga
hampir sama, yaitu tidak memenuhi vlume minimum yang diminta oleh alat.
Untuk tipe close tube menggunakan cara prediluent, perlu dikocok dahulu saat
pengenceran darah dengan diluent
7. Alat atau reagen rusak. Alat dapat saja rusak bila suhu yang tidak sesuai
(warning: Temperature Ambient Abnormal) dan kondisi meja yang tidak baik.
Reagensia yang digunakan jelek dan mungkin terkontaminasi oleh udara luar
karena packing yang jelek
8. Hasil tidak normal tanpa ada peringatan (NO FLAGS) pada alat, misalnya ada
catatan khusus berupa warning, misal platelets flag
9. Hasil tidak normal dan kurang sesuai dengan sebelumnya atau klinis yang
sedang terjadi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya diagnosis yang sesat
10. Diluar batas linier alat. Artinya bahwa hasil yang diukur tidak mampu dicapai
oleh alat, misalnya kada leukosit yang sangat tinggi pada leukemia
11. Memang sampel tersebut ada kelainan khusus
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat ditarik kesimpulan:
1. Untuk kasus pada pasien pertama yaitu terjadi kondisi trombositopenia
yaitu platelet rendah yaitu 59.000/uL tapi secara morfologi ukurannya
bervariasi.
2. Untuk kasus pada pasien kedua terjadi kondisi leukositosis ringan dengan
morfologi sel eritosit kecil-kecil dan pucat dengan neutrofilia.
B. SARAN
Diharapkan untuk kedepannya pada proses praktikum, para praktikan
dapat bekerja dengan lebih tenang dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, S Azizi dkk. 2017. Implementasi Case Based Reasoning untuk Diagnosa
Penyakit Berdasarkan Gejala Klinis dan Hasil Pemeriksaan Hematologi
dengan Probabilitas Bayes (Studi Kasus: Rsud Rejang Lebong).
Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Gandasoebrata, R. 2008. Penuntun Laboraturium Klinik. Cetakan Keempatbelas.
Jakarta: Dian Rakyat.
Gebretsadkan, Gebrewahd, ddk. 2015. The Comparison between Microhematocrit
and Automated Methods for Hematocrit Determination. Ethiopia;
Hawassa University College of Medicine and Health Sciences.
Handayani, Wiwik dan Haribowo, S Andi. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Hidriyah, Silvia dkk. 2018. Perbandingan Nilai Laju Endap Darah (LED) Antara
Metode Westergren dengan Metode Mikro ESR pada Penderita
Tuberkulosis Paru. Banten: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Banten.
Kurniawan, F Bakri. 2014. Hematologi Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta: EGC.
Maharani, R Dewi, dkk. 2017. Perbedaan Hitung Jumlah Trombosit Metode
Impedansi, Langsung Dan Barbara Brown. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Mindray. 2006. BC- 2600 Auto Hematology Analyzer. China: Elsevier Saunders.
Munzir, Abul. 2019. Perbandingan Kadar Hemoglobin Darah Atlet Sepak Bola di
Dataran Tinggi (Malakaji F.C.) dan di Dataran Rendah (Electric PLN
F.C.). Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Motulo, Y Cindy, dkk. 2015. Karakteristik Trombosit Pada Pasien Anak Dengan
Infeksi Virus Dengue Di Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Sukarmin, Mimin dan Iqlima, Dealitanti. 2019. Perbandingan Hasil Pengukuran
Laju Endap Darah dengan Metode Manual dan Automatic. Jakarta:
STIKES Kesetiakawanan Sosial Indonesia.
Sundari, Rini dkk. 2017. Perbedaan Parameter Hematologi pada Penderita
Tuberkulosis Paru Terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis Galur Beijing
dengan Galur NonBeijing. Bandung: Universitas Padjajaran.
Uliyah, Musrifatul dan Hidayat, A Alimul. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar
Praktik Klinik. Jakarta; Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar